Sosok Henry Indraguna yang menjadi kuda hitam dalam Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surakarta mempunyai kans besar untuk mendapat dukungan dari masyarakat Solo.
Pengacara kondang yang menjabat sebagai Vice President Kongres Advokat Indonesia (KAI) itu siap meramaikan Pilwakot Solo setelah mendaftarkan diri sebagai calon ke Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP.
Sembari memperkuat dukungan di masyarakat, pemilik ratusan usaha di bidang autobridal di berbagai Kota itu, kini sedang menunggu rekomendasi dari Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri.
”Saya siap menerima apapun keputusan yang diberikan DPP PDI, termasuk jika saya tidak mendapat rekomendasi untuk Pilwakot. Kalau mendapat rekomendasi, itu amanah yang harus saya lakukan sebaik-baiknya, namun kalau tidak, saya tidak memiliki ambisi, tergila-gila jabatan,” tegasnya saat berbincang dengan Suara Merdeka, Kamis (21/11).
Namun pengacara yang saat muda bersekolah di Solo tersebut mengingatkan pentingnya mempertimbangkan bibit, bebet dan bobot dari seorang calon pemimpin. Ketiga hal tersebut merupakan kriteria pemimpin yang ideal. Sehingga ketiganya harus terpenuhi tanpa meninggalkan salah satunya.
”Bibit, dilihat anaknya siapa, keluarganya siapa. Kedua, bebet adalah apa yang dia punya. Kenapa? Karena menurut saya, orang yang mau jadi pemimpin haruslah orang yang sudah mencukupi dirinya sendiri. Sehingga kecil kemungkinan korupsi jika nanti mendapata amanah. Kalau yang belum mampu mencukupi dirinya sendiri takutnya setelah menjabat malah mencari uang atau korups,” tandasnya.
Adapun tentang bobot, Henry menjelaskan, poin tersebut yang terpenting. Karena bobot sama artinya dengan mempunyai kemampuan berpikir yang cerdas, kreatif mampu melakukan perubahan yang cukup besar.
”Untuk calon pemimpin, harus dilihat kemampuannya, apa yang ada di dalam kepalanya. Mau membawa Solo ke depan seperti apa, Solo mau dibawa kemana. Itu semua harus dilihat secara detail kemampuannya,” terang pemilik ratusan outlet autobridal yang tersebar di seluruh Indonesia tersebut.
Terkait calon pemimpin Kota Solo masa depan yang ideal, Henry mengatakan siapapun dia, harus orang yang sudah punya pengalaman birokrasi. Hal itu menurutnya penting, mengingat Solo merupakan salah satu barometer di Jateng dan bahkan apapun informasi di kota bengawan tidak sedikit yang efeknya dirasakan secara nasional.
”Kota Solo sangat dibutuhkan pemimpin yang sudah punya pengalaman, dia punya inovatif, kreatif dan ke depan memiliki pemikiran yang bagus,” ungkapnya.
Di sisi lain, lanjut dia, diperlukan pula pemimpin milenial. Pasalnya, suara milenial lebih dari 51 persen dan selama ini mereka memilih menjadi golput dan masyarakat mengambang di setiap ada momentum Pemilu. ”Karena itu, harus ada perwakilan kaum milenial yang duduk di pemerintahan. Sebab kaum milenial juga harus terwakili. Pemimpin milenial pulalah yang paham kaum e-commerce dan pastinya mampu melahirkan inovasi yang visioner ke depan,” papar Henry saat bincang santai dengan suaramerdekasolo.com